Sejarah WaliSongo dan silsilah Sunan Ampel
Sunan Ampel adalah seorang wali yang menyebarkan ajaran Islam di Tanah Jawa. Ia lahir pada tahun 1401 di daerah Champa, Vietnam.
Beliau menjadi pemimpin Wali Songo menggantikan Sunan Gresik yang wafat pada tahun 1419.
Sunan Ampel adalah Putra dari Syekh Ibrahim Zainuddin As-Samarqandy dengan Dewi Candrawulan. Sunan Ampel juga merupakan keponakan Dyah Dwarawati, istri Bhre Kertabhumi raja Majapahit.
Silsilah Mulia Sunan Ampel Raden Ali Rahmatullah bin Ibrahim Asmaraqandi Al-Kadzimi Al-Husaini:
Sumber : Naqobah Ansab Auliya Tis'ah (NAAT)
1. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam
2. Fatimah Az-Zahra
3. Husein Asy-Syahid
4. Ali Zainal Abidin As-Sajjad
5. Muhammad Al-Baqir
6. Ja'far Ash-Shadiq
7. Musa Al-Kadzim
8. Ali Ar-Ridha
9. Muhammad At-Taqi
10. Ali An-Naqi
11. Hasan Al-Askari
12. Muhammad Al-Mahdi
13. Ali
14. Isa
15. Yahya Uzbekistan
16. Abdullah
17. Ahmad
18. Jalaluddin
19. Ahmad Jumadil Kubra Semarang
20. Ibrahim As-Samarqandi
21. Ali Rahmatullah Sunan Ampel
Keturunan
Isteri pertama adalah Dyah Candrawati alias Nyai Ageng Manila binti Arya Teja Al-Abbasyi, berputera:
Maulana Mahdum Ibrahim/Raden Mahdum Ibrahim/ Sunan Bonang/Bong Ang
Syarifuddin/Raden Qasim/ Sunan Drajat
Siti Syari’ah/ Nyai Ageng Maloka/ Nyai Ageng Manyuran
Siti Muthmainnah
Siti Hafsah
Isteri kedua adalah Dyah Karimah binti Ki Kembang Kuning, berputera:
Dewi Murtasiyah/ Istri Sunan Giri
Dewi Asyiqah/ Istri Raden Patah
Raden Husamuddin (Sunan Lamongan)
Raden Zainal Abidin (Sunan Demak)
Pangeran Tumapel / Pangeran Lamongan/ Sayyid Maulana Hamzah, ayah dari Sunan Tembayat.
Raden Faqih (Sunan Ampel 2)
Sejarah
Sunan Ampel (Raden Rahmat) datang ke pulau Jawa pada tahun 1443, untuk menemui bibinya, Dyah Dwarawati. Dyah Dwarawati adalah seorang putri Champa yang menikah dengan raja Majapahit yang bergelar Bhre Kertabhumi.
Ajaran
Moh limo Mohlimo atau Molimo, Moh (tidak mau), limo (lima), adalah falsafah dakwah Sunan Ampel untuk memperbaiki kerusakan akhlak di tengah masyarakat pada zaman itu yaitu:
Moh Mabok: tidak mau minum minuman keras, khamr dan sejenisnya.
Moh Main: tidak mau main judi, togel, taruhan dan sejenisnya.
Moh Madon: tidak mau berbuat zina, homoseks, lesbian dan sejenisnya.
Moh Madat: tidak mau memakai narkoba dan sejenisnya.
Moh Maling: tidak mau mencuri, korupsi, merampok dan sejenisnya.
Makam
Makam Sunan Ampel di Kota Surabaya.
Pada tahun 1479, Sunan Ampel mendirikan Mesjid Agung Demak. Dan yang menjadi penerus untuk melanjutkan perjuangan dakwah dia di Kota Demak adalah Raden Zainal Abidin yang dikenal dengan Sunan Demak, dia merupakan putra dia dari istri dewi Karimah.Sehingga Putra Raden Zainal Abidin yang terakhir tercatat menjadi Imam Masjid Agung tersebut yang bernama Raden Zakaria (Pangeran Sotopuro).
Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 di Demak. Namun, ia dimakamkan di Kota Surabaya, Jawa Timur.Lokasi makamnya berada di Masjid Ampel.
Comments
Post a Comment