*HOBI MENTA'DHIL,* *HINGGA QUR'AN HADITS PUN DI-TA'DHIL*


 *HOBI MENTA'DHIL,*

*HINGGA QUR'AN HADITS PUN DI-TA'DHIL*


.

.


Poro Sedhulur Jamaah..


Ta'dhil secara bahasa adalah meluruskan. Ada tiga orang lulusan S1 dari Cabang Riyadh yang lokasinya di Pejaten - Jakarta, biasa diberi gelar LC lokal, hobinya hanya menta'dhil, sampai-sampai mereka mendapatkan julukan Bani Ta'dhil alias Ahli Ta'dhil. Bahkan ayat dan dalil yang terangkai dalam Qur'an dan Hadits pun mereka ta'dhil, astaghfirullah.


Menta'dhil ayat dan dalil dalam Qur'an Hadits merupakan bentuk pembangkangan alias kekufuran yang nyata, menentang Allah dan rosul secara terbuka. na'udzubillahi mindzalik.


Dalam memahami dalil, Bani Ta'dhil ini sangat unik, lucu, dan menggelikan, karena tidak konsisten, dan sering mencla-mencle, istilahnya isuk dele sore tempe. Dan itu bisa terjadi karena dua hal:


1. SALAH Tafsir dalam memaknai dalil, alias RO'YU (Tidak Manqul alias menurut pendapat / pikiran sendiri).


2. COCOKLOGI alias penyesuaian keadaan (dipaksakan), dipas-pas kan dengan kondisi mereka saat ini.


Sebagai contoh adalah dalil berikut:


 مَا أَنَا عَلَيْهِ اليَوْمَ وَ أَصْحَابِي


Artinya: "(Jamaah adalah) apa yang aku (Nabi) tetapi dan Para Sahabatku". (HR. Al Hakim)


Dalil ini disalah artikan/disalah tafsirkan bahwa meskipun tidak ber-Imam, tidak ber-Baiat, dan tidak ber-Taat, asalkan orang sudah menetapi Qur'an Hadts, maka sudah dikatakan ber-Jamaah.


===> Ini adalah tafsir yang SALAH, TIDAK benar, dan NGAWUR !!!


Dalil diatas TIDAK meniadakan pengertian ber-Jamaah dengan ber-Imam, ber-Baiat, dan ber-Taat. 


Sebab menetapi apa yang ditetapi Nabi dan Para Sahabat adalah berarti menetapi Qur'an Hadits. Sedangkan didalam Qur'an Hadits ada perintah ber-Jamaah, ber-Imam, ber-Baiat, dan ber-Taat.


Jadi jika mengaku menetapi Qur'an Hadits, sebagaimana yang ditetapi Nabi dan Para Sahabat, maka prakteknya HARUS menetapi Jamaah dengan ber-Imam, ber-Baiat, dan ber-Taat.


Contoh selanjutnya adalah ucapan Sahabat  Abdullah bin Mas’ud berikut ini:


الجماعة ما وافق الحق؛ ولو كنت وحدك


Artinya: "Jamaah adalah siapa saja yang menetapi al-Haq (kebenaran), walaupun engkau sendirian".


Ucapan ini disalah artikan/disalah tafsirkan bahwa walaupun orang hanya seorang diri, tanpa menetapi ber-Imam, tanpa ber-Baiat, dan tanpa ber-Taat, asal dia menetapi kebenaran (Qur'an Hadits), maka dia sudah berarti Jamaah.


===> Ini adalah tafsir yang SALAH, TIDAK benar, dan NGAWUR !!!


Ucapan sahabat Abdullah bin Mas’ud diatas tidak meniadakan perintah ber-Jamaah, ber-Imam, ber-Baiat, dan ber-Taat. Apalagi kebenaran (Qur'an Hadits) itu justru berisikan perintah ber-Jamaah, ber-Imam, ber-Baiat, dan ber-Taat.


Adapun Tafsir yang benar dari ucapan Abdullah bin Mas’ud adalah sebagai berikut:


1. Bahwa jika seseorang sudah ber-Jamaah, ber-Imam, ber-Baiat, dan ber-Taat (berarti dia sudah berada diatas kebenaran/al-haq), lalu mengalami keadaan seorang diri, misalnya karena tugas atau lainnya, maka walaupun dia seorang diri/tidak sedang berkumpul dengan Imam dan Jamaahnya, maka dia SUPAYA TETAP sebagai Jamaah, asalkan dia tetap menetapi isi baiatnya (tidak mencabut baiat).


2. Dalam keadaan tidak mungkin untuk membentuk Jamaah/untuk mengangkat seorang Imam, maka seorang Muslim yang betul2 menetapi Qur'an Hadits, HARUS meninggalkan Firqoh2 yang ada, lalu menyendiri (uzlah) walaupun harus makan akar pohon/kayu untuk bertahan hidup sampai ajal menjemput. Dalam keadaan demikian ini (menyendiri), maka dia adalah Jamaah.


Berdasarkan dalil sabda Nabi SAW berikut:


فَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلَا إِمَامٌ قَالَ: (فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ عَلَى أَصْلِ شَجَرَةٍ) حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ


Artinya: "Maka pisahilah/tinggalkanlah firqoh2 itu semuanya, walaupun engkau sampai menggigit akar batang kayu". (HR. Bukhari).


Jadi inilah maksud kata “sendiri” pada ucapan Sahabat Abdullah bin Mas’ud, yang sama sekali TIDAK bertentangan dengan perintah ber-Jamaah, ber-Imam, ber-Baiat, dan ber-Taat yang menjadi perintah Allah dan Rosul didalam Qur'an Hadits.


Seandainya ucapan Ibnu Mas'ud (al-jamaah ialah menetapi kebenaran walaupun engkau sendirian) di-Tafsirkan sesuai pemahamannya Bani Ta'Dhil & Ahli Pelintir, tentulah Sahabat tidak perlu repot-repot mengangkat Amirul Mukminin (4 Kholifah) sepeninggalan Nabi SAW. 


Dan sejarah pun mencatat bahwa Para Sahabat, yang TIDAK diragukan lagi praktek ibadahnya karena diajarkan langsung oleh Nabi SAW yaitu mereka menetapi Jamaah dengan ber-Imam, ber-Baiat, dan ber-Taat. 


INGAT !!! 

Agama ini sudah sempurna syari'atnya !


Sehingga Ta'dhil dari mereka yang disematkan untuk menta'dhil Jamaah, sejatinya adalah mereka menta'dhil Qur'an Hadits bighoiri ilmin (dengan Tanpa Ilmu), sehingga hasilnya Sesat Menyesatkan dan menjadi Ta'dhil BATHIL yang harus dijauhi dan dibuang.


Semoga dengan penjelasan ini Allah SWT paring manfaat dan barokah, serta menambah kefahaman dalam menetapi Jamaah Qur'an Hadits hingga husnul khotimah atau syahid, aamiiiiin.


#SHARE

#VIRALKAN

Comments

Popular posts from this blog

Ber Budi Luhur & Luhuring Budi Adalah amalannya orang Iman

Jasmerah = Jangan sekali-kali melupakan sejarah jokam

asal muasal / sejarah munculnya istilah KUSTUR.