Menetapi Agama dengan niat Mukhlis lillah karena Allah SWT
KARENA ALLAH
.
.
Poro Sedhulur Jamaah...
Sudah sering kita dinasehati bahwa menetapi agama wajib karna Allah. Bukan karna dunia, karna wanita, karna harta, karna pangkat, atau karna seorang tokoh, dan karna niat lainnya selain Allah. Jika beribadah dengan niat karna selain Allah, maka amal apapun akan sia-sia. Bahkan bisa menjadikan seseorang keluar dari Jamaah Islam yang haq.
Alkisah jaman Nabi Musa AS, yang bisa kita jadikan contoh dan nasehat hikmah.
Di jaman Nabi Musa alayhis salam, seorang yang bernama Qorun ditarik zakat hartanya, tapi dia merasa dimintain pajak. Padahal perintah infaq dan zakat itu turun langsung dari Allah SWT. Akibat Qorun tidak mau bayar zakat, maka dia kehilangan hartanya dengan cara semua harta miliknya ditenggelamkan oleh Allah, ditambah lagi hidayahnya dicabut. Padahal Qorun adalah seorang tokoh dan kaya raya yang hidup di jaman Nabi Musa, hidupnya berakhir dalam keadaan murtad.
Selanjutnya, diikuti pula orang-orang yang mengidolakan Qorun sebagai tokoh saat itu, mereka keluar dari Jamaahnya Nabi Musa.
Masih dalam jaman Nabi Musa, alkisah Bal'am seorang tokoh Ahli Ilmu di jamannya. Dia hafal Kitab Taurot, yang konon lebih tebel 3x lipat dari Qur'an. Tapi karna terpengaruh Iblis, maka Bal'am pun murtad. Andai qoumnya Musa mengidolakan Bal'am atau menjalani hidayahnya karna Bal'am, bisa jadi mereka ikutan murtad. Mereka berpikir sempit, yang pinter aja murtad, apalagi yang bodoh dan awam.
Tapi saudaraku...
Kebenaran bukan diukur dari ketokohan atau kepintaran seseorang. Kita akui Bal'am mungkin pintar, mungkin lebih pintar daripada umat Nabi Musa yang lain yang rata-rata mereka banyak yang jadi rukyah biasa. Artinya, Bal'am yang pintar itu keluar dari islam di jaman Nabi Musa, ini menunjukkan bahwa kepintaran bukan sebagai ukuran kebenaran. Sama sekali tidak.
Kalau ada yang punya anggapan begitu, apalagi sampai ikut keluar dari Jamaah karna mengikuti orang yang diidolakan/ditokohkan, hukumnya sama dengan mengikuti Bal'am dan Qorun. Kenapa mereka berani ikut keluar dari agama ?. Karna mereka dalam beragama/berrjamaah niatnya bukan karna Allah.
Padahal menetapi kebenaran hidayah tidak boleh karna manusia, entah itu orang kaya, pintar, dll. Walaupun dalam Jamaah itu banyak yang tidak kaya, tidak pintar, namun bertahan dalam hidayah. Sekali lagi, hidayah itu adalah keyakinan. Bahkan sejarah pengikut para Nabi kebanyakan dari qoum yang dhuafa, orang biasa, yang mereka dihina oleh orang kafir, sebagai orang lebih rendah dan ga pintar.
Seperti didalam Qur'an, mereka katakan "arodziluna badiyarro'yi". Mereka mengatakan orang Iman sebagai kaum ardzalun/orang yang hina. Tapi orang Iman jangan minder, karna nilai keimanan diukur dari hati dan ketaqwaan, bukan dari fisik seperti pandangan orang kafir.
Jadi kalau ada orang yang murtad, lalu dia pamer sebagai mantan Ulama Desa atau Muballigh Daerah, kita senyum saja. Mereka seakan mau mengatakan: "aku yang pintar ilmu agama, punya dapukan Muballigh Daerah saja keluar dari Jamaah, masak kalian ga ikut keluar...".
Makanya dalam beragama wajib niat karna Allah, bukan karna tokoh, agar tak mudah terpengaruh seperti pengikut Bal'am, Qorun, atau siapapapun namanya.
Bahkan dalam Qur'an telah diingatkan oleh Allah, umat Nabi ga boleh beragama karna tokoh, bahkan karna nabi sendiri. Saat itu diingatkan oleh Abu Bakar saat Nabi telah wafat. Saat Nabi wafat, memang banyak Sahabat yang goncang, sampai Umar tidak percaya kalau Nabi meninggal.
Kata Abu Bakar: “Siapa diantara kalian yang menyembah Muhammad, maka Muhammad telah wafat. Siapa yang menyembah Allah, maka Allah Maha Hidup dan tidak akan wafat. Kemudian beliau membaca firman Allah
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۚ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَىٰ أَعْقَابِكُمْ ۚ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا ۗ وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ
Artinya: “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke tumit kalian (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke tumitnya/murtad, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali Imron : 144).
Jadi sudah pas, ada ayatnya dalam Qur'an.
Kalau ada orang yang pintar, yang kaya, yang punya jabatan, dll, kemudian dia keluar dari Jamaah Islam yang haq, ya biasa saja, sebenarnya ga terjadi apa-apa, ga ada yang dirugikan, "falan yadhurullohu syai'a". Buktinya Arsnya Allah tidak goncang, dhuafa ga rugi, pengurus ga rugi, kita rukyah juga ga rugi.
Lalu kalau ada yang murtad dari jamaah bukan karna ikut tokoh idola, lantas karna apa tuh?. Yang jelas mereka menetapi agama tidak karna Allah, melainkan ikut Iblis.
Lalu bagaimana sikap kita ?
Ya disikapi biasa saja, karna sejak jaman Nabi Musa pun sudah ada contohnya. Kita tetap dalam Jamaah Qur'an Hadist dengan karna Allah, tetap tingkatkan ibadah, perbanyak doa agar keimanan kita jadi kuat hingga husnul khotimah atau syahid, aamiiiiin.
#SHARE
#VIRALKAN
Comments
Post a Comment